Scumbag's




✿ TWITTER 1
✹ TWITTER 2
✖ TUMBLR
+
+
Between Puppy Love, Triangle, and Karma ON 2/05/2013 AT 6:02 PM
"It's a wonderful thing being loved."
Pertama, silahkan skip post ini jika Anda benci galau dan essay. Iya, gue kangen bikin essay sambil ngegalau karena partner sekelompok gue dalam pembuatan essay adalah Hasyimi dan waktu itu gue dalam keadaan ... okesip.

Pertama kali gue denger quote ini, gue langsung mikir, ini bener sih kayanya. Iya, emang ini nge-jleb di gue. Dicintai memang hal yang indah. Tapi kalau ga ada yang keliatan mencintai kita? Dan kita mencintai seseorang dalam kadar yang tinggi dan orang yang kita cintai ga pernah akan mencintai kita (lagi)?
Iya, gue masih mencintai seseorang itu. Dan dia besok TO hari ketiga. Semangat ya, Hasyimi! Iya, Hasyimi. Udah pernah gue ceritain 'kan? Oh well, biar gue ceritain dalam satu kalimat tanpa napas. Waktu itu gue suka Hasyimi dan seseorang suka sama gue, lalu gue jadian sama si bukan Hasyimi, tapi kesimpulan yang diambil Hanacchi emang bener sih, kalo gue masih suka sama Hasyimi, tapi perasaannya bukan mencintai. Gue berhutang sama lu, Hanacchi. Dan gue menyia-nyiakan quote di atas; "Dicintai adalah hal yang indah (jadi jangan disia-siakan)".

Ini hebat. Dua "musim" berlalu dan gue masih suka sama si Hasyimi. Memang orangnya menarik, dan gue tetap suka sama dia ... walaupun udah ga mungkin gue bisa selesai ngejar dia. Oke, cerita satu kalimat lagi. Hasyimi waktu itu tau kalau gue suka sama dia dan dia perlahan ngejauhin gue lalu si bukan Hasyimi ngomong kalau Hasyimi udah suka -- bukan suka lagi, tapi htsan -- sama seseorang. Ya, nge-jleb lagi. Dan sekali lagi, harusnya gue ga menyia-nyiakan perasaan si bukan Hasyimi. Gue emang beneran punya perasaan sama dia (awas kalau masih ada yang mempertanyakan) tapi perasaan gue ke Hasyimi susah ilang. Serius. Gue bener-bener sakit hati waktu gue harus pisah sama si bukan Hasyimi.

Mungkin itu karma? Mungkin sih. Alasan gue pegat sama mantan gue sebelum si bukan Hasyimi adalah karena gue mulai punya perasaan sama si Hasyimi. Dan gue menyembunyikannya. Dan gue pisah sama si bukan Hasyimi dengan alur sama persis. Kayanya dia udah ga punya perasaan sama gue sebelumnya. Dan dia pegatin gue (kalau yang tadi beneran) dengan nyembunyiin alasan yang logisnya. Well, kalau aja ga ada Hasyimi, ada dua kemungkinan alur yang mungkin bakal muncul: "gue masih sama yang sebelumnya (mungkin)" dan "gue ga akan ketemu sampai punya perasaan sama si bukan Hasyimi".

Memang sih, berkat Hasyimi gue jadi kaya gini. Gue punya temen deket yang merupakan temen deketnya Hasyimi. Ga deket sih, cuma temen curhat. Gue nyimpen perasaan sama si bukan Hasyimi; terima kasih kepada segelas jus alpukat dan cara mencatat pelajaran ips yang baik dan benar. Gue jadi memperjelas mimpi gue; gue jadi pengen masuk ke kelas ips setelah ngeliat betapa kriminalnya dia oke ini ga nyambung.

Ada banyak hal yang dapat gue pelajari dari pertemuan gue dengan Hasyimi. Dan ada banyak resiko dari komitmen gue. Kesimpulan dari essay ini adalah ... ini bukan essay. Sekian :)

Labels: , ,


0 CHEONSA